Pada zaman ini, elektronifikasi telah dilakukan pada berbagai macam aspek
kehidupan. Tak perlu jauh jauh, beberapa kantin di kampus saja telah
mengaplikasikan layanan berbasis e-money, yaitu pembayaran menggunakan uang
yang telah deregister pada sebuah kartu elektronik.
Dari
segala macam elektronifikasi yang ada, yang paling berdampak kepada saya yang
merupakan seorang mahasiswa PP (Pulang – Pergi) Cibubur – Depok adalah
Elektronifikasi 100% dari Jalan Tol.
Saya biasa menggunakan Tol Cijago. Jalan
Tol, yang dulunya menurut saya lebih konvensional, dimana kita dapat
menggunakan uang cash yang misalkan
didompet kita tidak tersedia uang (sering sekali terjadi pada saya), kita masih
bisa mencari cari uang uang koin yang terselip pada kantong kantong atau laci
laci mobil, tapi sekarang setelah elektronifikasi terjadi, kebetulan kebetulan
sejenis itu tidak lagi membantu saya dalam melewati gardu tol.
Setelah elektronifikasi terjadi, mengisi kartu e-toll menjadi hal yang
rutin saya lakukan di akhir pekan, menurut saya hal ini sungguh meribetkan.
Terlebih lagi ketika saya dalam perjalanan dan saldo e-toll habis untuk
melewati jalan tol, saya, seorang mahasiswa yang telah mengendap diri selama 8
jam di kampus dan segera ingin pulang, terpaksa harus melewati jalan alternatif
yang cenderung macet dan membuat stress
karena jalan kecil dan motor motor yang terkadang terkesan seenaknya dalam
berkendara. Yang membuat malu adalah ketika kita tidak ingat saldo kita, namun
kita terlanjur masuk toll, dan kita tidak memiliki saldo cukup untuk keluar toll,
dalam keadaan gawat seperti ini, saya biasanya keluar dari mobil dan berusaha
meminjam saldo kepada mobil lain atau berusaha me-lobby karyawan yang ada untuk bisa membayar cash, sambal tentunya, menahan malu.
Saya pun melakukan sebuah riset apakah orang orang lain merasakan hal
yang sama dengan saya, dan berapa banyak orang yang tidak lagi nyaman menggunakan
jalan tol. Riset ini saya lakukan di kalangan teman teman saya yang saya tahu
menggunakan jalan tol ketika pergi ke kampus.
Dan dari wawancara yang telah saya lakukan via mengobrol ngobrol lucu, ada 7 orang yang berpendapat bahwa
e-toll meribetkan, 2 orang biasa saja, dan 1 orang suka dengan adanya e-toll.
Pertama, hanya seorang saja yang suka dengan e-toll, dia berasalan bahwa akhirnya
sekarang bisa menggunakan KTM-nya untuk keperluan diluar kampus (saya baru tahu),
dan alasan lain adalah tidak ribet karena ketika menggunakan transaksi biasa, harus
menggunakan uang pas agar transaksi cepat, dan ketika terpaksa menggunakan uang
besar, terpaksa harus memenuhi dompet karena kembaliannya banyak (memecah uang
menjadi masalah baginya).
Kedua, yang tidak suka biasanya mengeluh dengan alasan yang mirip dengan
saya, yaitu malas mengisi kartu toll dan karena malas berhenti untuk mengisi toll,
mereka lebih memilih lebih cepat pulang dan melewati jalan biasa, ada juga
alasan capek menggunakan e-toll karena kadang malu saat tidak sampai ketika
hendak melakukan pembayaran, adapula yang kasihan dengan para pegawai toll yang
sekarang sering terlihat kerjaannya hanya tidur di gardu.
Dan kategori terakhir yang merasa biasa saja, tidak merasa terganggu
apabila ada atau tidak ada layanan ini, dan cukup puas terhadap kedua layanan.
Yang menarik dari 10 teman saya ini adalah, yang tidak suka dengan
layanan ini notabene adalah orang orang yang jarak rumah ke kampusnya terkesan
tanggung. Contohnya daerah Cibubur, dan daerah dekat Taman Mini. Sedangkan yang
biasa saja salah satunya adalah dari Bogor dan Tangerang. Menurut saya, hal ini
mungkin disebabkan karena perjalanan jauh menyebabkan melewati tol memang
harus, tidak mungkin tidak lewat tol, jadi segala upaya harus dilakukan untuk
lewat tol. Sedangkan untuk yang nanggung, masih bisa menggunakan jalan biasa
sehingga toll terkesan opsional, dan alasan melewati toll adalah lebih cepat
dan nyaman, bukan karena lebih dekat.
Banyak suka maupun duka yang saya alami ketika berhadapan dengan e-toll,
tentu transaksi jadi lebih cepat, praktis dan efektif, namun hal ini tidaklah
sempurna dimata saya, dan terkadang malah membuat kita lebih memilih
menggunakan jalan biasa. Mungkin tidaklah selamanya perubahan elektronifikasi
dan automatisasi berdampak baik sempurna secara instan, memang perlu waktu
untuk masyarakat kita dalam adaptasi terhadap sistem elektronifikasi massive sejenis ini, dan diharapkan
inovasi penggunaan elektronik dapat lebih membantu masyarakat kedepannya.
Woahh, dahsyat mas aldiya! Apakah e-toll card tidak bisa diisi melalui atm? Bila bisa kan mudah juga kalau diisi lewat mobile-banking
BalasHapusgapernah nyoba dan kepikiran sih, karena gapernah make mobile banking. Cuma tetep aja, enakan make cash wkwk
Hapus